Sabtu, 11 Januari 2014

DHARMA SASTRA

OLEH : I KOMANG OKA ARDANA



Dharma adalah Hidup Yang Termulia
1.      Dharmo rajan gunah srestho madhyama hyarta ucyate, kamo yaviyan iti ca pravadanti manisinah.
Artinya :
Wahai raja, para arif bijaksana menyatakan bahwa Dharma (ajaran rohani dan kesusilaan adalah hidup yang termulia). Artha (kebutuhan hidup dan harta kekayaan) dikatakan yang menengah dan Kama (keinginan dan naluri duniawi) adalah yang terendah.
Ulasan :
Para raja yang arif dan bijaksana menyatakan bahwa Dharma itu merupakan hidup yang termulia. Artha adalah yang menengah, yang merupakan kebutuhan hidup dan harta kekayaan. Kama adalah yang terendah, yang merupakan keinginan dan naluri duniawi.
2.      Kamarthau lipsamanastu dharmamevaditascaret, na hi dharmadapetyarthah kamo vapi kadacana.
Artinya :
Bila pikiran seseorang menginginkan Kama (terpenuhinya keinginan dan naluri duniawi) maupun Artha (kebutuhan hidup dan harta kekayaan), pertama-tama laksanakanlah Dharma (ajaran kerohanian dan kesusilaan itu). Dengan melaksanakan Dharma (pertama-tama), tiada mungkin Kama dan Artha itu akan menjauh.
Ulasan :
Bila seseorang berpikiran menginginkan Kama maupun Artha, pertama-tama laksanakanlah Dharma terlebih dahulu. Dengan melaksanakan Dharma, tiada mungkin Kama dan Artha itu akan menjauh.

3.      Yatnah kamarthamoksanam krtopi hi vipadyate, dharmaya punarambhah sankapopi na nisphalah.
Artinya :
Usaha untuk mendapat Kama (terpenuhinya naluri dan keinginan duniawi), Artha (kebutuhan hidup dan harta kekayaan) serta Moksa (kebahagiaan rohani dan kehidupan abadi di akhirat) tetapi tidak diawali dengan Dharma, walaupun dilakukan dengan tekun ada kalanya tidak berhasil. Namun bila Dharma (ajaran kerohanian dan kesusilaan) dilaksanakan pertama-tama, walaupun hanya dalam angan-angan, tiada akan sia-sia.
Ulasan :
Dalam usaha untuk mendapatkan Kama, Artha dan Moksa, walaupun dilakukan dengan tekun tetapi tidak diawali dengan Dharma maka ada kalanya tidak berhasil. Namun bila diawali dengan Dharma, walaupun hanya dalam angan-angan, tiada akan sia-sia.
4.      Dharmah sada hitah pumsam dharmascaivasrayah satam, dharmallokas trayastatha pravrttah sacaracarah.
Artinya :
Dharma (ajaran kerohanian dan kesusilaan) senantiasa membawa kebahagiaan kepada umat manusia. Dan orang-orang beriman hanya berlindung dibawah Dharma. Dari Dharmalah kebajikan  ketiga dunia (Triloka) ini bergerak kedepan.
Ulasan :
Dharma senantiasa membawa kebahagiaan kepada umat manusia. Orang-orang yang beriman selalu dan hanya berlindung dibawah Dharma. Dari Dharmalah kebajikan ketiga dunia ini bergerak kedepan.



5.      Dharmenaivarsayastirna dharmo lokah pratisthitah tasmad dharmapradhanena bhavitavyam yatatmana.
Artinya :
Hanya dengan Dharma, para Rsi dapat menyeberangi samudera penjelmaan dan kematian yang disebut Moksa. Kokohnya dunia, karena Dharma. Karena itu kendalikanlah diri, dengan Dharma sebagai pedoman utama.
Ulasan :
Hanya dengan Dharmalah para Rsi dapat mencapai Moksa atau bisa disebut dengan samudera penjelmaan dan kematian. Kokohnya dunia ini dikarenakan oleh Dharma. Maka oleh karena itu, kendalikanlah diri dengan Dharma, karena Dharma sebagai pedoman utama.
6.      Ahimsa satyamasteyam brahmacaryaparigrahau yamah sanksepatah proktas cittasuddhiprada nrnam.
Artinya :
Ahimsa (Tiada membunuh, menyiksa segala yang bernyawa), Satya (jujur, tidak memfitnah), Astheya (tidak mencuri, merampok, menipu, curang, dsb), Brahmacarya (nafsu terkendali terutama di dalam senggama), Aparigraha (tidak rakus), yang memberi kebersihan rohani kepada manusia disebut dengan sebutan (hukum) Yama.
Ulasan :
Ahimsa yang berarti tidak membunuh, menyiksa segala yang bernyawa. Satya yang berarti jujur, tidak memfitnah. Astheya yang berarti tidak mencuri, merampok, menipu, curang, dsb. Brahmacarya yang berartinafsu terkendali terutama di dalam senggama. Aparigraha yang berarti tidak rakus. Dan Yama berarti yang memberi kebersihan rohani kepada manusia.



7.      Ahimsa sarvabhutanam karmana manasa gira, anugrahasca danam ca silametadvidurbudhah.
Artinya :
Ahimsa tidak membunuh, menyiksa segala yang bernyawa (hendaknya dilaksanakan) dalam perbuatan, pikiran, dan ucapan. Orang arif mengetahui perbuatan mulia ini sebagai kemurahan hati dan kedermawanan juga, (bukan hanya tidak membunuh dan menyiksa).
Ulasan:
Ahimsa hendaknya dilaksanakan dalam perbuatan, pikiran dan ucapan, yaitu tidak membunuh, menyiksa segala yang bernyawa. Orang arif dan bijaksana mengetahui perbuatan ini mulia sebagai kemurahan hati dan kedermawanan juga, bukan hanya tidak membunuh dan menyiksa.
8.      Nasti satyat para dharma nanrtat patakam param, triloke ca hi dharma syat tasmat satyam na lopayet.
Artinya :
Tiada Dharma (ajaran kerohanian dan kebajikan) lebih mulia dari kebenaran, tiada kejahatan lebih hina dari dusta dan fitnah. Dharma itu meresap hingga ke tiga lapisan alam semesta, karena itu jangan mengabaikan kebenaran.
Ulasan :
Tiada Dharma yang lebih mulia dari kebenaran, dan tiada kejahatan yang lebih hina dari dusta dan fitnah. Dharma meresap hingga ke tiga lapisan alam semesta, oleh karena itu jangan pernah sekali pun mengabaikan kebenaran.
9.      Tiryag dasagunam papam manusye satameva ca prabhau dasasahasrani anantam munidevayoh.
Artinya :
Berdusta (fitnah) terhadap mahluk hina sepuluh kali lipat ganjarannya, seratus kali lipat bila dilakukan terhadap manusia, terhadap raja (negara) seribu kali lipat, terhadap orang suci dan Tuhan tiada tara ganjaran dosanya.

Ulasan :
Berdusta dan memfitnah terhadap mahluk hina akan mendapatkan sepuluh kali lipat ganjarannya, bila dilakukan terhadap manusia seratus kali lipat ganjarannya, seribu kali lipat bila dilakukan kepada raja atau negara, dan tiada tara ganjaran dosanya bila dilakukan terhadap orang suci dan Tuhan.
10.  Satyena sarvam apnoti satye sarvam pratisthitam yatharthakathanacarah satyam proktam dvijatibhih.
Artinya :
Dengan kejujuran (kebenaran) seorang mendapat segala (yang dikehendakinya). Semua tertumpu pada kebenaran. Dimana terdapat kata-kata atau perbuatan bertujuan (luhur)., para arif bijaksana yang telah ditasbihkan (Dvijati) menyebut Satya (kebenaran, kejujuran, ketulusan).
Ulasan :
Dengan kejujuran dan kebenaran seseorang bisa mendapatkan segala yang dikehendakinya, dan semua itu tertumpu pada kebenaran. Dimana terdapat kata-kata yang bertujuan luhur, para arif bijaksana yang telah di dvijati menyebutnya Satya.
11.  Paradravyapaharanam cauryadva ta balena va steyam tasyanacaranad asteyam dharmasadhanam.
Artinya :
Mengambil hak milik orang lain dengan mencuri (menipu) atau dengan kekerasan (merampok) disebut Steya. Berpantang dengan perbuatan demikian itu disebut Astheya (tidak mencuri, merampok, dsb) sebagai sarana untuk berbuat kebajikan (Dharma).
Ulasan :
Mengambil hak orang lain dengan mencuri, menipu dan merampok itu disebut dengan Steya. Dan yang berpantangan dengan perbuatan demikian disebut dengan Astheya, sebagai sarana untuk berbuat Dharma.
12.  Karmana manasa vaca sarvavasthasu sarvada, sarvatra maithuna tyago brahmacaryam pracaksate.
Artinya :
Mengelak melakukan (kebebasan) senggama (jinah) dalam perbuatan, pikiran dan ucapan di dalam segala keadaan, setiap saat, dimanapun disebut Brahmacarya.
Ulasan :
Mengelak melakukan kebebasan senggama atau berjinah dalam perbuatam, pikiran dan ucapan dalam segala keadaan, setiap saat dan dimanapun , perbuatan tersebut disebut dengan Brahmacarya.
13.  Dravyanam apyanadanam apadapi yathecchaya aparigraha ityuktas tam prayatnena palayet.
Artinya :
Menolak pemberian walaupun dalam keadaan miskin, karena niat (sikap) itu disebut Aparigraha (tidak rakus), yang harus dipertahankan dengan penuh perhatian.
Ulasan :
Tidak menerima atau menolak pemberian walaupun dalam keadaan miskin ,sikap itu disebut dengan Aparigraha atau tidak rakus.

Kesulitan dalam menerapkan Tata Susila :
1.      Tidak adanya kesadaran orang tersebut untuk melakukan suatu hal yang sesuai dengan tata susila.
2.      Kebanyakan orang tersebut tidak mengetahui bagaimana etika dan sopan santun itu dengan benar.
3.      Suatu kebiasaan hidup yang sudah terbiasa melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan tata susila .
4.      Kurangnya penerapan tata susila dalam setiap mata pelajaran disekolah.
5.      Penerapan tata susila di sekolah di anggap tidak begitu penting.
Sumber : Dharma Sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar